Unlimited Minds and Belief Subjectivity

manusia, katanya, adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. kenapa paling sempurna? karena Tuhan menciptakan kita, manusia, memiliki struktur tubuh yang sempurna, nyata, melengkapi kita dengan panca indera, memberi tambahan kepada kita berupa akal pikiran, dan tidak lupa memberi kita hati nurani dan perasaan untuk mengontrol akal pikiran. adapun Tuhan juga memberikan kita nafsu, agar kita tidak jalan di tempat, bergerak, untuk memotivasi kita dalam hidup. tanpa nafsu, mungkin kita tidak akan pernah punya obsesi dan mimpi-mimpi. again, hati nurani mengontrol nafsu dan akal pikiran kita, supaya kita tidak berjalan di luar kendali. IMHO.

makhluk ciptaan Tuhan yang lain, adakah memiliki kemampuan yang sama seperti yang kita miliki? Malaikat tidak punya nafsu, maka mereka seolah bertugas seperti robot Tuhan, menjalankan apa yang diperintahkan kepada mereka. Setan dan Iblis tidak punya hati nurani dan akal pikiran, mereka menggoda kita tanpa pernah bisa memahami mengapa mereka harus menggoda kita, karena memang itulah tugas mereka. hewan dan tumbuhan? mereka tidak punya akal pikiran, indera mereka juga terbatas.

mungkin, saat ini kita beranggapan bahwa akal pikiran kita terbatas. ada beberapa hal yang tidak sanggup kita telaah dengan logika pikiran. bagaimana dengan dua puluh tahun lagi? mungkin sekarang kita berpikir bahwa alien tidak ada. kenapa? soalnya ga pernah ada yang liat, ga pernah ada saksi, kita bisa saja berpikir mereka yang pernah melihat hanya berhalusinasi. kita bisa saja berpikir kalau tidak ada kehidupan lain selain di Bumi ini. ya siapa tau, tiga puluh atau lima puluh tahun lagi, ternyata ditemukan kehidupan di planet lain. itu kalau Tuhan masih mengizinkan bumi dan kehidupan berjalan sampai lima puluh tahun lagi. bahkan, planet Pluto yang selama ini kita percayai adalah sebuah planet, akhirnya dikeluarkan dari Tata Surya. apakah pernah terpikir di benak Anda (dan mungkin juga para ilmuwan) sepuluh tahun yang lalu? pernah bertanya juga tidak, kenapa makhluk-makhluk ciptaan Tuhan hanya ditempatkan di Bumi? padahal, alam semesta itu sangatlah luas. kita di bumi ini cuma sebagian kecil.

one thing I agree, akal pikiran tidak ada batasnya. dia hanya mengalami kemandekan batas pada suatu masa dan ruang tertentu. secara perlahan, dari masa ke masa, akal pikiran kita mengalami penyempurnaan. kalau tidak, kita mungkin selamanya tidak akan pernah mengenal peradaban. kita mungkin tidak akan pernah tau kalau bumi itu bulat. kita mungkin tidak akan pernah tau kalau kita adalah sebagian kecil dari alam semesta ciptaan Tuhan.

so long, that was my contemplation last night. I was searching for literatures, a friend and two asked about Agnosticism. I found it interesting, the Agnosticism. percaya dan meyakini adanya Tuhan, tetapi memilih untuk tidak menjalani dan meyakini satu ajaran agama tertentu. karena, menurut mereka secara obyektif, apa yang kita dapat dalam ajaran agama masing-masing masih tidak bisa diverifikasi sepenuhnya. beberapa dari ajaran agama mungkin saja tidak relevan dijalankan pada saat ini, di beberapa tempat. makes sense, I would say. I’m not saying they’re wrong, I’m not saying I’m right. secara logika, saya paham dengan apa yang mereka percayai. mereka hanya menemukan fakta bahwa setiap ajaran agama bisa dipelintir. just, admit it. (I was reading to this Kompasianer‘s posts and comments he replied to his reader, he’s an agnostic. read it, with your mind open. OPEN MIND. no judgements. and it was fascinating!)

mungkin saya dan orang-orang Islam akan menyangkal hal itu. kita semua tau, Islam adalah agama penyempurna, segala pedoman hidup tertuang di dalam Al-Qur’an. tapi kemudian, kita juga tau kan, Al-Qur’an dikumpulkan isinya, disempurnakan oleh siapa? manusia juga kan? saat itu bisa saja akal pikiran manusia-manusia saat itu belum seterbuka sekarang. saya percaya terhadap evolusi? bisa saja, memangnya kenapa. saya tentunya sangat menghargai apa yang telah Tuhan berikan kepada saya, yang makhluk Tuhan lain tidak punya, akal. mengapa kita tidak bisa menggunakannya seefektif mungkin.

ya karena, mungkin saya dan Anda-Anda, masih memiliki hati nurani. kita percaya terhadap adanya hari pembalasan. kita percaya terhadap surga dan neraka. kita percaya, Tuhan di atas sana melihat apa yang kita lakukan, dan malaikat Raqib dan Atid mencatat setiap amal perbuatan kita. sampai sekarang saya masih percaya. sepuluh tahun lagi? saya tidak tau. menurut penganut agnostik, dasar kita terhadap beberapa ajaran agama adalah: dasar kepercayaan, keimanan. iman dan keyakinan itu subyektif. saya setuju. kalau iman tidak subyektif, maka mungkin di dunia ini tidak akan muncul beragam ajaran agama.

saya pernah bertanya-tanya pada diri saya sendiri (and sort of to God): “setelah hari pembalasan dan kehidupan di surga, apalagi, Tuhan? tidakkah Engkau tergoda untuk menciptakan dunia lagi?” because I believe He has plans, I just whispered: “Wallahualam. You decide“. I never thought of that until now, when my mind is growing, when I received so many informations I can’t control, my head’s about to explode.

ya, pembatas semua pikiran-pikiran itu adalah iman di dalam hati nurani Anda. tapi, kemudian berhakkah Anda menancapkan apa yang Anda percayai secara subyektif kepada orang lain? Anda pernah bertanya-tanya tidak, apakah yang sudah saya terima dan imani benar semuanya? apa yang saya imani, dengan apa yang Anda imani bisa saja berbeda kan?

BERUSAHA dan MENGAJAK BAIK merupakan KEWAJIBAN kita. Tapi MEMBUAT orang MENJADI BAIK, bukan WEWENANG kita. Ini semata-mata WEWENANG Tuhan. (from gusmusgusmu’s tweet).

agak berat ye hahahahahah. belakangan, gara-gara insiden Ahmadiyah itu, saya jadi bertanya-tanya. saya Islam, mereka Islam. kenapa saya lebih membela Ahmadiyah (sekalipun saya tau mereka berpaham sesat), kenapa sih mereka bisa tega-teganya berkata adalah halal darah daripada orang yang kafir. bagaimana mereka bisa mengklaim orang lain kafir, sementara mereka tidak? dengan membunuh seperti itu, bukankah ada dosa juga yang mereka tanggung? bukankah membunuh saudara sendiri juga melanggar ajaran agama? mereka bukan saudara, kata mereka, mereka (Ahmadiyah) itu musuh. saya tidak pernah berpikir mereka (Ahmadiyah) musuh. mereka hanya menjalankan apa yang mereka percayai, dan mereka sama berhaknya menyebarkan apa yg mereka percayai seperti yang kita lakukan. yang bisa mengubah keimanan kita kan ya kita sendiri.

kalau di balik insiden tersebut ada campur tangan politik, saya angkat tangan ya. saya ga pernah mau tercebur ke dalam politik, dimana siapapun bisa disetir uang dan kekuasaan. termasuk saya. dan mungkin Anda juga. that is people, kenapa Tuhan memberikan kita nafsu.

picture from there. I just share my contemplations. you may agree or disagree. if you disagree, I will accept that, no hard feeling.

2
Reseh Week #5

2 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.