Kain Penutup
Saya rasa solusi kita selama ini, membiarkan tempat-tempat makan beroperasi seperti biasa dengan ditambah kain penutup sudah merupakan solusi cerdas dan win-win.
Yang pengen makan, masih bisa makan. Yang puasa, ya ga perlu merasa tergoda, karna memang ga ada yg punya niat menggoda. Kalau tetap tergoda juga, iman Anda perlu dipertanyakan. Niat berpuasa Anda perlu dipertanyakan.
Yang berjualan masih bisa dapat penghasilan bekal Lebaran nanti.
Tolerance at its best, for all.
Siapa yang bikin usul ini pertama kali ya. Trus kenapa belakangan malah jadi ribut-ribut tahunan.
Ga perlu lah sampai membuang-buang makanan dan melarang berjualan sampai menyita segala. Solutif kek. Tegur lalu bagi-bagi kain penutup. Bukankah membuang-buang makanan dilarang Tuhan, dan melarang berjualan berarti menutup pintu rezeki?
But, like people said, if one door closed, two others will open. There will be help to those who need it.
Cuma ya, lagi-lagi, you cannot expect everyone will understand you just wanted to help.
—
Gambar dari sini.
2 Comments
Bijak sekali Anda menyikapi polemik ini, saudari Uthie 🙂
alhamdulillah… berkat bimbingan ukhti Restu. 😀
:p