Sleeping Problems

Sleeping Problems

Hola! It’s been a while since my last post. Well, life happened, I got busy, I got lazy, and I got other stuffs to take care of jadi yah begitulah. (Excuse klise bloher pemalas)

Life has been exciting lately. Not very long after I got my new job, I have been assigned to continue my colleague duty as a job captain handling two prestigious projects. I was excited yet terrified. Job captain is a big responsibilities but heck yeah, let’s do this, I thought to myself. Turned out it’s pretty intense working as a job captain. You gotta maintain the relationships with both clients and the contractors, equally. So, it’s been challenging 5 months, but I am trying to catch up. I am still learning to manage people, which is not an easy thing to do when you’re just a new girl in the firm.

In the past month I have been dealing with health issues. I got sick many times. But the most problem that I should be concerned is my sleeping cycle that had been ruined.

Sebetulnya, saya termasuk orang yang sangat sangat sangat gampang tidur. Sejak kecil, saya jarang sekali tidur larut malam. Saya cukup bangga kalau selama ini jam tidur saya cukup baik selama jadi anak-anak, remaja, bahkan ketika sudah dewasa. Selama sekolah dan kuliah, saya jarang sekali tidur di atas jam 10. Sesekali pas kuliah saya harus stay sampai jam 3 pagi bahkan jam 5 pagi sih, karna saya harus rapat kepanitiaan tapi pasti setelahnya saya akan balas dendam dengan tidur seharian sampai sore.

Di rumah saya dikenal sebagai makhluk pelor. Nempel molor. Ditambah saya ngorok juga. Saya bisa tidur ketika sedang menonton tivi. Ini sudah pasti dan mutlak adanya. Habis sarapan, saya bisa tidur sampai siang. Habis makan siang, saya bisa tidur lagi tuh. Saya jarang banget begadang. Sesekali kalau sedang menyelesaikan novel atau komik menarik, atau ketika lagi nonton serial atau film favorit, tapi beneran jarang banget. Not even once in a month. Saya juga jarang begadang ngerjain tugas kuliah. Teman-teman saya umumnya begadang hampir setiap minggu, dan mereka bangga begadang nyelesein tugas. Saya malah merasa mereka pathetic (sorry, guys).

Jadi, ketika saya mengalami kesusahan tidur, apalagi sampai berhari-hari, tentu saja saya kesal luar biasa.

Pertama kalinya saya susah tidur itu dua minggu menjelang berusia 25 tahun. Entah ini momennya memang pas atau gimana, saat itu saya sedang gelisah juga memikirkan masa depan kerjaan saya. Proyek lagi ga ada saat itu, lalu karna kantor sementara kami harus dibongkar, kami harus ngantor di… Bekasi. Perjalanan dari Kalibata ke Bekasi saja sudah melelahkan bagi saya, harus dua-tiga kali ganti angkot. Belum lagi, lingkungan kantornya sangat tidak kondusif saat itu. But, on other notes, ini kesempatan saya untuk mencari kerjaan baru. Karna kerjaan ga begitu banyak, saya bisa curi waktu untuk interview ke sana ke mari.

Kemudian, saya mengidap flu disertai batuk pilek, hidung tersumbat yang ga kunjung sembuh. Ditambah, saya ga bisa tidur. Ya gila aja kan, lagi sakit dan ga bisa tidur padahal itu salah satu penyumbang supaya bisa sembuh. Saya memutuskan periksa ke THT setelah bercerita sama bapak dan ibu kalau saya susah tidur dan batuk pilek ga sembuh-sembuh. I am so glad, my dad was in the same town at that time, he could send his driver to take me to the hospital. Dokter cuma bilang saya sedikit stres dan ada tanda-tanda rhinitis alergi. Saya dianjurkan untuk terapi setiap hari selama dua minggu dan lihat perkembangan setelahnya. Ya dua minggu ga bisa tidur, bolak-balik rumah sakit dan masih harus ke Bekasi untuk kerja ga jelas, diselingi sesi interview. That was a tough time.

Waktu itu, tidur saya benar-benar tidak sempurna. Saya memejamkan mata, saya tau saya (harusnya) tidur, tapi saya tidak tidur. Mimpi saya saat itu terasa real. Kenyataan saya terasa surreal. Yah semacam itu. I think that is because of my drowsiness during the day. Bangun dari tidur (yang terasa surreal itu) saya harus ke rumah sakit pagi-pagi lalu ke Bekasi. Aduh, melelahkan sekali. Belum berbagai macam obat-obatan yang harus saya konsumsi, dan saya hirup (iya, ada obat semprot hidungnya juga). Long story short, I got better, I finally get to sleep past 12 pm at 25 April on my 25th birthday. Lucu sekali bukan? Kampret banget lah.

Lalu, kejadian ini terulang lagi bulan lalu. Saya batuk pilek, ditambah demam setelah Lebaran Haji, izin ga masuk kantor karna kepala saya sakit sekali, hidung saya mampet. Saya pergi ke klinik dekat kosan, dikasih antibiotik dan obat radang. Saya harus istirahat cukup seharian itu supaya saya bisa kerja lagi besoknya. Sama dokter dikasih surat izin sampai dua hari, but I gotta go to work the next day. I got 5 valuations to issue that week, but I just finished 2. I can sleep that Tuesday night.

The next day, which is Wednesday, I went to work, doing my tasks like usual, came home like usual and all of sudden I cannot sleep. I only slept 2 hours, I think. Seingat saya, saya tidur cuma dari jam 9 sampai jam 10 malam. Kebangun lalu ga bisa tidur lagi sampai azan subuh menggema. Padahal saya sudah memejamkan mata, tapi saya masih mendengar suara-suara di sekitar saya. Saya dengar suara hembusan angin yg keluar dari AC, saya dengar suara tivi yang biasa saya nyalakan buat mengiringi saya tidur (I do this everytime before I go to sleep), saya dengar suara handphone saya (iya, saat group whatsapp masih nyala), saya dengar suara kendaraan di luar, saya dengar suara anak-anak kosan yang baru pulang atau mondar-mandir di kamar atas.

I decided to read, but my eyes were blurry, mata saya lelah, saya ingin tidur maka saya memejamkan mata lagi. Kepala saya sakit, hidung saya mampet karna pilek, AC saya set cukup dingin tapi badan saya malah mengeluarkan keringat dingin. Gonta-ganti posisi tidur, posisi bantal, posisi guling sudah saya lakukan juga. Menjelang subuh saya mencoba install aplikasi yg bisa membantu untuk tidur. It worked, but heck yeah it’s already 4 AM in the morning.

Then, it happens again the next days. Aplikasi yang saya instal malah jadi ga mempan lagi, piye iki. I tried to figure out what has been triggered my mind to keep working during night time. I assumed it’s work, and probably anxiety because it’s two weeks before my sister’s wedding. I don’t know which, but it could be both. I had so many outstanding tasks that time, but I finally catch that up. My other sister came to stay at my room on Friday, and I still cannot sleep.

The next day, Saturday, is my Rancamaya staycation day. I went there with my sister and Rise. We were having good times telling stories, eating, and other unimportant stuffs. Intinya saat itu kami benar-benar cuma ingin liburan santai saja. Kereta mati AC-nya pas di stasiun Pasar Minggu aja kami super santai. Nungguin babang Uber, kami santai. Pokmen, that time we just want to go through the day smoothly without too much thinking. I was surprised my sister can get along with Rise so easily. I think it’s because they were both International Relations students. Rise has been telling me that she has been consumed sleeping pills, then I decided to try taking one that night. She said the dosage has been reduced much so, I don’t think it’s bad. I went cycling around the neighborhood in the afternoon, get a good bath with warm water in the bathtub (DUDE, NOT REGRETTING THE ROOM I BOOKED, AT ALL). I took one of Rise’s sleeping pills after dinner, and I fell asleep easily. Beneran tidur sampai subuh huahahahah. Perasaan yang saya dapat setelah minum obat tidurnya Rise, pelan-pelan detak jantung saya teratur, I can feel it lalu ya udah tau-tau ya saya tertidur aja.

Kek begini gimana ga pules tidurnya coba.
Kek begini gimana ga pules tidurnya coba.

Besok paginya, hari Minggu, ya berenang-renang lucu gitu deh. Foto-foto trus sarapan. Kelar sarapan balik lagi ke kamar untuk… tentu saja tiduuuuuurrrrrrr. Checkout jam 12, foto-foto oenyoe lagi, naik Uber sampai stasiun lalu balik Jakarta dan dilanjutkan karoke di Plaza Semanggi. Pulang udah jam sembilanan dan awak remuk. Mandi lalu solat lalu berusaha tidur lagi.

And the worst thing happened. Well, well, I practically didn’t sleep that night. Padahal ya badan saya capeknya hentah udah kayak apa, saya udah mandi tapi lagi-lagi kepala saya menolak berkompromi. Kembali siklus ini berjalan sampai tiga hari. I get drowsy during the day, but I gotta work. Di kantor beneran mata saya sangat berat, muka saya kayak pucat, saya ngantuk berat, kepala saya kayak yang mau copot gitu goyang-goyang sementara saya harus bekerja. I told everyone in the office I cannot sleep, I told my boss I was exhausted. Mereka bertanya saya ngapain aja kalau ga bisa tidur. Saya bilang saya merem dan berusaha untuk tidur. Melakukan segala usaha yang sudah saya lakukan di minggu-minggu sebelumnya tapi tetap nihil. Mata saya tetap berat, kepala saya berat, badan saya lelah dan pegal-pegal, tetapi otak saya tetap bekerja dengan keras. Setiap menjelang sore, saya ketakutan. Saya takut saya lagi-lagi ga bisa tidur. Pulang kerja, saya takut melihat kasur saya, khawatir saya ga tidur lagi.

On other notes, pilek saya ga sembuh-sembuh. Hidung saya malah makin mampet dan suara saya bindeng. Semua orang di kantor begitu sih hahahahah. Demam sih udah engga, tapi ya itu. Kalau malam saya sesak nafas. Seharusnya saya pulang ke rumah hari Jumat, tapi rasanya saya pengen segera pulang aja, pengen ndusel ibu biar bisa tidur. Hanya saja, saya punya feeling, I can cope this, I can fight this. Anak bandel emang saya hahahah. Senin sampai Rabu saya ga bisa tidur, hari Kamis sore saya ke RS Medistra yg punya Sleep Clinic. Keren ya, dokternya sih dokter spesialis saraf dengan titel tambahan Sleep Scientist. Berhubung saya masalahnya emang kaga bisa tidur, ya ke dia aja lah ya.

Saya ceritakan keluhan saya, riwayat penyakit saya, riwayat tidur saya. Akhirnya, saya dikasih obat batuk dan obat pereda hidung tersumbat, menurut dia itu yang bikin saya ga bisa tidur. Hentah ya, ini sugesti atau apa. Malam itu saya bisa tidur habis minum obat batuk dari dia. Ya tapi tidurnya jam 12 apa jam setengah satu pagi gitu hahahah. Tapi mendinganlah, daripada ga sama sekali. Saya bangun jam 4. My head still spinning round and round, but hey, that is a progress.

Hari Jumat-nya saya pulang ke Jogja naik kereta dan… saya tidur. Kebangun sekali-sekali sih karna kebelet pipis. Sampai di rumah, siklus tidur saya kembali ke biasanya. Habis sarapan, saya tidur BAHAHAHAHAH. Ibu, pakde, dan bude sampai heran ini bocah kemaren katanya ga bisa tidur, giliran di rumah nempel moloooorrrr. Hari Sabtu saya tidur cukup. Hari Minggu yah acara akad nikahnya adek saya and I feel so much better. Malamnya saya balik ke Jakarta naik kereta dan cukup heran karna saya tidur sangat sangat pulas, ga pake bangun sejak pantat saya nempel di kursi penumpang sampai keretanya udah di Jatinegara aja gitu. BAHAHAHAHAHAH. Apa-apaan.

So, I think that’s it. I can sleep again.

…NOT. HAHAHAHAHAH.

Hari Senin-nya, saya tidak tidur lagi. Ohohoho. Ya Allah, cobaan apa lagi ini. Badan saya gemetar hebat ketika saya di kasur. I felt anxiety on my body that night. Lagi-lagi malam itu, saya tidak tidur. Tidak tidur lho, pemirsa.

Besoknya masih ga tidur juga, dengan badan saya masih gemeteran kalau sudah di kasur. Gemetar itu hilang ketika sudah jam 4 pagi. Ya setelah itu mah saya cuma bisa tidur-tidur ayam. Baiklah, kayaknya saya harus balik lagi ke dokter spesialis tidur. I even took anxiety test, jaga-jaga saya beneran anxiety. I also thought to go to a psychiatrist hahahahah.

Sampai kemudian saya teringat, saya udah lama banget ga menyentuh laptop saya. Saya udah lama banget ga yutuban. Kayaknya sejak saya demam itu. Karna yah, saya lagi sakit dan saya perlu istirahat, kalo mainan laptop terus saya mana cukup istirahatnya. Udah lama ga Netflix-an Gilmore Girls, udah lama banget ga yutuban. Maka Rabu malam, saya kembali membuka laptop dan yutuban, saya juga melanjutkan membaca Lelaki Harimau-nya Eka Kurniawan pelan-pelan.

…lalu saya kemudian bisa tidur aja dong malam itu. Jam setengah 10-an pokmen setelah Ini Talk Show di NET kelar. Kebangun beberapa kali. Jam 12, jam 2, jam 3 but I can get to fall asleep again sampai jam enam. Saya lagi ga solat sih kemaren itu.

Alhamdulillah sekarang udah bisa tidur lagi. Saya ternyata cuma perlu distraksi dan efek relax yang saya dapatkan setelah yutuban. Hahahaha, sampah banget emang. KENAPA GA DARI KEMAREN-KEMAREN AJA BEGINI MALIH. But, I have to admit, ketika saya sedang kesusahan tidur itu, saya lagi malas-malasnya yutuban hentah kenapa.

Saat ini sih hidung saya masih mampet. I plan to go to THT specialist pas cuti wiken ini di Jogja (it’s my sister’s reception. Don’t ask please hahahah), kayaknya saya perlu obat semprot hidung yang pernah saya pakai waktu saya susah tidur dulu itu lagi sih. Yang harganya tiga ratus ribuan itu hahahah.

Doakan saya segera sehat lagi ya! 😀

Picture from there and there. Asa’s picture from his instagram. 

1
Turning Point Kain Penutup

1 Comment

[…] I was planning to post something light, like VOV Cushion’s review (which I just bought). Or fangirling over shoujo’s mangas boys’ characters but yeah my brain sometimes works too hard and I don’t know how to calm it down.  […]

Leave a Reply to Turning Point | Visceral VerityCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.