Toxic Productivity

Toxic Productivity

Lagi pandemi, karantina, dan musim bekerja dari rumah begini, pamer tidak berhenti dong. Apalagi di rumah ya memangnya interaksi bagaimana lagi kalau tidak online.

Pamer apa? Produktivitas.

Katanya sih spreading positive vibe dan biar selama karantina ga berasa buang-buang waktu percuma hanya rebahan dan malas-malasan.

Padahal mah, buat sobat rebahan seperti saya kegiatan ini adalah sebuah produktivitas! Kapan lagi saya bisa bebas rebahan dan berguna bagi nusa dan bangsa, bahkan lebih besar lagi, seluruh dunia.

Cuma dengan rebahan. Kata siapa itu buang-buang waktu percuma?

Jadi, sudahlah. Tidak perlu merasa bahwa begitu pandemi ini kelar kita harus punya hobi baru, skill baru, atau pencapaian baru.

Tidak perlu merasa bahwa begitu pandemi ini kelar, skill memasak saya sudah harus secanggih ibu atau ibu mertua. Tidak perlu merasa bahwa begitu pandemi ini kelar, saya sudah bisa menerbitkan buku, atau masuk dapur rekaman, atau pameran karya seni di galeri, atau bisa menuliskan “Financial Modeling” di CV.

Tidak perlu merasa bahwa begitu pandemi ini kelar, saya harus kurus, saya harus lebih berisi, kulit saya harus mulus dan glowing, saya harus mulai gaya hidup sehat, saya harus begini dan saya harus begitu.

Pencapaian utamanya kan jelas hanya satu: bertahan hidup.

Kalau hanya dengan rebahan saja bisa membuat kita bertahan hidup, ngapain harus berpikir untuk melakukan kegiatan lain yang bikin kita kehabisan energi.

Uh, that came out wrong. I mean, you don’t have to feel the urge to go extra miles in regards of productivity during this pandemic situation. Going extra miles is good, but doing bare minimum is not bad either. If going extra miles exhausts you, you need to revisit the decision taking it in the first place.

Remember, it’s a pandemic, not productivity contest. You still have to manage your priorities with limited movement. “Effectiveness means taking small actions every day to stay active and on top of household chores, work, and self-care”.

Waw, aku produktif juga ya bisa posting dua hari berturut-turut. Tiati, ti, toxic productivity. Hahahaha, tenang aja gaes. Habis ini juga ane ngilang lagi sampai ganti bulan. :))

2
Lebaran 2020 Dua Bulan Karantina

2 Comments

sebenarnya sama saja sih harusnya, karena yang beda hanya caranya saja. dulu di kantor, sekarang di rumah. dulu harus ke mana-mana, kini lewat teknologi. glorifikasi bahwa WFH = ngga ngapa-ngapain ya ngga pas. kecuali ya emang dulunya gabut pas sebelum pandemi, terus ga bisa ke mana-mana pas pandemi, merasa punya lebih banyak waktu. padahal ya sama saja..

iyoww.

hanya saja ada orang-orang yang merasa sebelum pandemi, kita sering excuse tidak melakukan hobi baru atau punya skil baru karena sibuk melakukan hal-hal lain. Mereka pikir ketika kita tidak sibuk melakukan “hal-hal lain” akibat pandemi, kenapa kita tidak melakukan hobi baru atau punya skil baru.

TAPI KAN, ga semua orang ingin melakukan hobi baru atau punya skil baru. :))

Leave a Reply to ZamCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.