Antara London dan Edinburgh
Hari itu hari Kamis, hari ketiga trip UK saya, dan hari terakhir saya di London sebelum terbang ke Edinburgh jam 21.25 dari bandara Gatwick.
Semalam saya sudah menyusun rencana hendak ke mana saja hari itu. Saya sudah beli tiket fast-track untuk naik Coca Cola London Eye, salah satu bucket list saya. Dapet diskon dari Traveloka tapi ya ga gede-gede amat, cuma untuk meminimalisir penggunaan kartu kredit. Bedanya pake fast-track dengan yang engga sekitar £10. Sudah sampai Inggris, hajar lah, saya masih punya banyak tempat yang ingin dieksplor hari itu karena tidak akan kembali ke London selain ke Heathrow untuk pulang ke Jakarta dua minggu lagi. Jadwal saya naik London Eye adalah jam 11.30, paling tidak saya harus sudah sampai di sana setengah jam sebelumnya. Naiknya cuma sekitar setengah jam.
Rencana saya hari itu adalah, pagi-pagi pergi ke Kennington. Di hari pertama saya sampai Inggris, saya melewati daerah ini waktu naik bus dari Victoria Coach Station menuju hostel saya di Borough High. Sepertinya menyenangkan sekali tinggal di situ, jadi saya mau keliling-keliling. Kalau dirasa sudah cukup dan masih sempat, saya akan lanjut ke Belsize Park, yang konon adalah area tempat tinggalnya Tom Hiddleston. Siapa tau kan ketemu dia di suatu taman, di jalan menuju taman, atau di Starbucks atau pas barengan nungguin bus. Belakangan baru saya ketahui kalau rumahnya itu di Hampstead Heath, masih satu stasiun lagi dari Belsize Park. Wikipedia, artikelmu misleading. Siangnya, setelah kelar naik London Eye, baru deh saya merencanakan ke tempat-tempat mainstream yang bisa dijangkau dengan jalan kaki dari London Eye. Toh saya sudah sempat keliling area Westminster sampai Parliament Course dan menonton Climate Protest kemarin sore. Tinggal sisaan sekitar situ saja yang belum saya kunjungi. Saya juga berencana untuk berkunjung ke The British Museum, museum terbesar di Inggris.
Maka, jam 7.30 saya sudah kelar mandi, dandan dan siap-siap. Di London jam segitu masih gelap, teman-teman. Matahari terbit sekitar pukul 7.45-8.00. Saya berjalan menuju halte bus yang akan membawa saya ke Kennington, bus no 188. Di London, saya naik Tube (Underground alias subway-nya London) cuma beberapa kali saja kalau dirasa rute bus melewati jalan macet atau jalan yang dialihkan/ditutup. Sisanya, saya lebih suka naik bus. Selain bisa liat pemandangan jalan-jalan yang dilewati juga sambil mengamati kelakuan orang-orang London (baca: ngecengin mas-mas kantoran yang berangkat/pulang kerja).
Rencana berjalan sempurna hari itu. Ga berhasil ketemu Tom Hiddleston sih, tapi saya seneng keliling Kennington dan Belsize Park, tadinya mau extend jalan kaki atau naik bus sampai Camden Town atau Hampstead malahan soalnya memang areanya bagus, ga terlalu ramai kayak Central London dan rumahnya tsakep-tsakep, kayak daerah PIK atau Pondok Indah gitu. Pertokoannya pun ditata cantik-cantik dan banyak taman-taman kecil. Apa daya saya tetep harus ke London Eye.
Sampai di Waterloo Station sekitar jam 10.30an, dari situ ke London Eye cuma 5 menitan jalan kaki (keluar stasiunnya juga 5 menit huahahah). Banyak waktu untuk foto-foto di sekitarnya. Sekitar jam 11-an lebih saya ikutan antri di jalur fast-track. Sebelum masuk ke dalam salah satu (((bilik))) bareng sepuluh pengunjung lain, saya sempat disapa pakai bahasa Indonesia sama bapak-bapak yang periksa tiket hahahah. Dia juga bilang “terima kasih”. Kelar London Eye, jalan kaki menyusuri pinggir sungai Thames, foto-foto di depan SEA Life Centre London Aquarium (ga masuk, selain karena mahal, browsing di youtube isinya mirip Jakarta Aquarium. Cuma gedungnya bagus) pakai tripod mini, trus makan siang di tamannya St Thomas Hospital (lagi ada Lunch Market juga) dengan pemandangan Westminster Abbey dan Big Ben di seberang yang lagi direnovasi. Kelar makan siang, saya jalan kaki ke Waterloo/South Bank dan cari stop bus yang akan membawa saya ke Russell Square. Dari situ saya bisa jalan kaki ke The British Museum.
Dari The British Museum, saya mau coba sepedaan ke Buckingham Palace (karena sepertinya saya belum sampai ke situ). Di London banyak bike-hire mulai dari yang resmi kerjasama pemerintah sama bank sono si Santander, Lime, sampai yang punya Uber juga ada. Pas banget di depan The British Museum ada sepeda Lime yang baru diparkir. Saya udah instal aplikasi Lime (kayaknya ini yang paling sering saya liat dan paling menarik soale warnanya ijo neon gitu), bayar £2 pake Paypal dan berhenti tiap 30 menit, bisa pakai seharian.
Ga enak sepedaan di London. Jalurnya jadi satu sama jalur kendaraan lain dan saya pun jadi bingung karena banyak jalan yang ditutup. Alih-alih sampai ke Buckingham saya malah sampai di Covent Garden. Lime, kamu nyuruh saya belanja ya???? Saya parkir sepeda yang saya pakai di depan tube station. Mumpung di Covent Garden, saya langsung cari merk parfum yang sudah saya incar untuk kunjungi yaitu Floral Street. Kelar belanja parfum, liat-liat bentar, akhirnya saya beranjak menuju Hyde Park dari bus stop terdekat.
Kelar ngejulidin orang lewat melalui ilmu kebatinan di Hyde Park, waktunya saya ambil koper yang saya titipin hostel dan ke London Bridge station untuk naik kereta ke bandara. Waktu itu sekitar jam 16.30 BST. Lihat maps sih perjalanan naik bus sekitar satu jam, harus ganti bus di Victoria Coach station, peak hours pula. Lha gimana, saya malas naik Tube dan jalannya jauh, kaki udah somplak (persoalan usia). Mana jalur ke hostel dari Victoria Coach itu banyak pengalihan rute pulak. Kereta saya ke bandara jam 19.05. Perkiraan saya sampai di hostel jam 17.30, masih ada waktu buat ngecharge handphone karena baterai tinggal 30-an %. Udalah bismillah aja.
Perjalanan naik bus pertama menuju Victoria Coach Station lancar (saya lupa nomor busnya berapa). Saya jalan kaki sekitar 500 m sampai ke stop seberang Victoria Coach Station; ngeselin emang bus stop di Inggris ini, lebih-lebih di London, namanya satu tapi nyebar di mana-mana dalam radius sampai 500 m (stop A, B, C, D, E, F, dst). Bus yang akan membawa saya ke hostel adalah no C10, turun di Borough Station trus jalan kaki lagi (ga jauh sih, dua menit). Nunggu busnya sih ga lama, tapi selepas Pimlico, mulai tersendat, soalnya udah mulai pengalihan jalan. Harusnya lewat Lamberth North tapi dialihkan lewat Kennington dan muacetnyoooooo. Baterai handphone udah di bawah 25% dan udah jam 17.45 masih di Kennington, Elephant & Castle aja belom lewat. Pasrah we lah ogut. Pokoknya saya maunya sampai di hostel tu sebelum 18.30 biar bisa selonjoran sebentar sambil ngecharge hape sebelum cus ke London Bridge station (masih harus naik bus lagi).
Saya sampai di London Bridge Station jam 18.50-an, lari-lari ke peron. Begitu menemukan kereta dan tempat duduk, saya cari colokan. GA ADA SODARA-SODARA. Ini kan perjalanan kereta jarak jauh (walaupun ke Gatwick cuma 30 menitan), kenapa tidak ada colokaaaannn batre hape ogut udah di bawah 10% dan macam mana awak mau check in, drop bagage dan lain-lain kalo hape modar? Udelah kalem, ga usah pake-pake hape sepanjang perjalanan sampai kelar check in dan drop bagage pokoknya.
Bandara Gatwick ternyata ya sepi aja gitu, bahkan ga lebih ramai dari Halim Perdanakusuma padahal kayaknya ini bandara terdekat dari pusat kota London. Saya berhasil drop bagage dalam kondisi baterai hape tinggal 2%, what a relieve. Habis itu langsung cari-cari colokan, toh boarding masih sekitar satu setengah jam lagi. Saya nemu colokan dan charge hape sambil wasapan sama teman kantor di Jakarta (it was 19.30-ish, di Jakarta udah pagi buta, dia lagi nonton korehe kayaknya :)) )
Setelah dirasa baterai cukup saya isi, saya liat jam menunjukkan 20.15. Boarding jam 20.45. Kayaknya ga jauh ya, kalem weh saya jalan menuju gate, super santai. OTENTUSAYA KLERU DONG GAES. Gate-nya tu masih jauuuuuuuuh. Udah gitu, saya ga ngeh kalau bawa cairan ke kabin (yang maks 100 ml) itu harus dipisah di plastik ziplock yang sudah disediakan. Udah lewat x-ray scanner kepaksa dong itu diperiksain lagi sama security-nya. Rasanya waktu berjalan lamaaaaa sekali. Tinggal 10 menitan sebelum boarding, begitu kelar, langsung jalan cepat cari-cari gate. Jarak dari lokasi ke gate sekitar 5-9 menit menurut petunjuk. Great, it was really a long day, I just want to get to bed and sleep.
Sampai gate boarding, sudah banyak orang-orang antri untuk diperiksa dokumen dan masuk pesawat. Hebleknya ini kenapa sih lelet banget petugasnya aku sudah lelaaahhh aku mau bobooookkk. Pake segala diajak ngobrol basa-basi hadeh. Ketika akhirnya sampai di window seat yang saya ambil pas web checkin, saya pasang seatbelt, nyender dan berusaha merem. Kelar take off, saya tidur. Saya kebangun kira-kira setengah perjalanan. gara-gara turbulensi yang… LAMA BANGET ANJIR DAN SUPER SEREM. Grudak gruduk grudak gruduk dan pesawat naik turun, BANGKEEEKKK INI APAAN WOEEEYYY. Naik Lion Air juga ai belom pernah kek gini. Sepertinya udara di luar buruk sekali, hujan badai kali ya. It was the most terrifying 10 minutes of my entire life, I suppose. Saya mulai mikir yang engga-engga, ya ampun ngapain sih ini gue sendirian di negara orang di belahan dunia lain, apa yang gue pikirin sih naik pesawat kek gini kenapa ga naik kereta aja. Tentu saja sambil berdoa semoga semua grudak-gruduk turbulensi ini cepat berakhir.
Kemudian saya ketiduran (ga tau gimana caranya dengan turbulensi kek gitu. I guess I was really tired) sampai sesaat sebelum landing. Kasar banget landingnya. Perhatikan ya gaes, hati-hati dengan British Airways penerbangan malam. They’re cheap as hell (forty fucking two pounds! Train ticket was twice more expensive) and they’re worse than Lion Air. Keluar pesawat otentu saja tidak ada garbarata dan saya harus NAIK TANGGA ke terminal. Saat itu pukul 23.00. SAYA SUDAH LELAH IBUK AKU MAU BOBOK. Oke, ya mau gimana lagi kan ga mungkin saya tau-tau pengsan trus ada mas-mas lucu yang mau gendong saya. Ternyata memang semalaman sepertinya Edinburgh hujan. Sebelumnya saya sempat kontak-kontakan sama teman (temannya Rise, lebih tepatnya hahahah) dan dia bilang lagi hujan sih malam itu hhhh. Untung bagage claim ga lama, begitu saya sampai, bagasi saya juga sampai di depan mata.
Menurut googlemaps, untuk menuju hostel saya si Safestay, saya cuma tinggal sekali aja naik Airlink 100 dari stance D, turun di Waverley deket South Bridge dan jalan kaki sekitar 8 menit. Begitu keluar dari terminal kedatangan saya ikutin tu sign yang ngarahin menuju shuttle bus. Etapi kok ga ketemu stance D. Ada stance A, dan B, tapi stance C dan D di manaaaa? Kok malah nyasar ke parkiran. Hadeehh kepaksa balik lagi. Ada tram sih tapi ternyata tram terakhir ke kota udah jalan hhhh. Saya pun berjalan lagi terseok-seok sambil geret koper ke arah sebaliknya saya waktu ikutin sign, LHA INI STANCE C DAN ITU D DI UJUNG. LO BIKIN SIGN GIMANA SIH, BANDARA EDINBRAAAAHHHH????? Ah sudahlah, mungkin karena gue kelelahan, seharian keliling London dan drama di pesawat jadi ga keliatan. I NEED BED.
Serah deh, saya kemudian ikutan antri di loket pembelian tiket. Itu sumpah ya saya beneran lelah dan lapar (belum makan cyin hahahah), udahlah dingin banget di luar habis hujan. Tiba giliran saya, harga tiket £4.50 one way. Kelar beli tiket saya langsung naik bus yang sudah tersedia dan tunjukin tiket ke supir bus lalu duduk. Perjalanan kurang lebih setengah jam sampai di South Bridge.
Begitu turun dari bus, waw, Edinburgh kala malam cantiknyaaaa. Itu apaan lampu-lampu tsakep dari bangunan yang ga kalah tsakep. Is that Edinburgh Castle? (Yes, it is). Menurut maps ya saya harus jalan kaki 8 menit menuju hostel. Saya lihat sekeliling. Jalan sebelah kanan saya nurun, depan saya nanjak naujubile, belakang saya datar-datar aja, kiri sisi lain jembatan trus kali bray. Cek maps, saya harus lewat jalan depan saya yang nanjak. IYA NANJAK. YA TUHAN COBAAN APALAGI INI. I JUST WANT TO GO TO BED.
After the most terrifying flight, now I have to walk through this uphill, with my suitcase and my feet were sore, also I haven’t eaten anything since lunch, can’t this day be any worse? Sepanjang jalan menanjaki yang ternyata adalah the famous Royal Mile itu, saya cuma bisa misuh-misuh sendiri sambil mimbik-mimbik. Jalanan sepi memang, yaiyalah udah tengah malem tapi tidak segitu menyeramkan. Baru nyadar besokannya kalau kadang ada mystery tour gitu dan WAH INI MALAM JUM’AT. Di Old Town Edinburgh. Etapi saya tu ga takut sama hantu kalau di luar negeri gini takutnya sama orang mabuk hahahahah. Sempet ada om-om mabuk negor tapi bodo amat saya cuekin, tetep jalan. Sudah lebih dari 8 menit jalan (nanjak), saya berhenti sebentar, liat map, dikit lageeee TAPI MASIH NANJAK BANGKE LAH. Sekitar 100 m di depan saya sepertinya jalan utama dan tau-tau ada pasangan lagi ribut-ribut di seberang. Sakkarepmu lah mas mbak. Saya juga liat beberapa anak muda ketawa-ketawa ngobrol, mungkin adik-adik mahasiswa mau ke pub. Ketika sudah sampai di ujung tanjakan, saya berhenti lagi, ngecek maps lagi. Oke, saya tinggal nyeberang , jalan dikit trus belok kanan, lalu YEEYYY TURUNAAAANNN.
YEY APAAN BESOK LU HARUS NANJAK BERARTI. HHH.
THERE IT IS SAFESTAY. Langsung aja menuju ke meja resepsionis dan uwuuuu reception-nya mirip Nicholas Hoult uh kakak yang sudah lelah jadi sumringah. Kelar bayar-bayar dan urusan checkin langsung menuju kamar di lantai 5. Thank God there was elevator, kalo masih harus angkat-angkat koper ke lantai 5 saya ngamuk kali udah. Tentu saja sampai kamar, kamarnya sudah gelap karena orang-orang sudah tidur. Saya kepaksa bersih-bersih dan mandi dengan suara dipelan-pelanin biar ga ganggu yang lain. Kelar mandi tadinya mau ngemil-ngemil cokelat yang saya beli di Warner Bros Studios di Leavesden, tapi auk ah, males nyarinya. Saya akhirnya tidur jam 1.30 pagi.
Pindah kota pertama yang penuh drama. Masih ada tiga-empat kali pindah kota lagi. Yang pertama aja begini, gimana yang berikutnya?
No Comments